deliahijab.com – Berita palsu atau berita bohong atau yang kita kenali saat ini hoax, merupakan fenomena yang menjadi bagian dari era digital. Tidak sedikit pihak tertentu menjadi oknum yang sengaja merekayasa kebohongan untuk mencari keuntung dari berita miring ini. Padahal, jelas diketahui hoax dapat menimbulkan keresahan, lebih buruk lagi menjadi fitnah yang menjatuhkan nama baik seseorang atau berujung pada tindak kekerasan bahkan pembunuhan.
…بَلْ ضَلُّوا عَنْهُمْ وَذَلِكَ إِفْكُهُمْ وَمَا كَانُوا يَفْتَرُونَ
“bahkan tuhan-tuhan itu telah lenyap dari mereka? Itulah akibat kebohongan mereka dan apa yang dahulu mereka ada-adakan.” [QS. Al-Ahqaf 46:28]
Bukan Sesuatu Yang Baru
Hoax bukanlah sesuatu yang baru. Hal serupa berita palsu ini sudah terjadi pada zaman Rasulullah SAW, bahkan secara langsung dialami keluarganya. Terkisahkan dalam hadits shahih riwayat Bukhari dari Aisyah, diceritakan sepulangnya dari perang Muraisi’ beliau tertinggal dari rombongan karena mencari kalungnya yang terjatuh di jalan. Selepas dari pencarian tersebut, Sayyidah Aisyah tidak menemukan untanya di tempat semula dia meninggalkannya.
Seorang sahabat bernama Shafwan bin Mu’attal, yang pada saat itu melihat Aisyah, kemudian menawarkan untanya untuk pulang. Aisyah pun menaikinya dan Shafwan berjalan disebelahnya, hingga keduanya bertemu rombongan lain. “berduaan”-nya istri dari nabi ini kemudian menyebar sebagai isu perselingkuhan.
Tabayyun
Sungguh ujian yang besar, kehormatan putri Ashiddiq dituduh yang tidak-tidak. Disebutkan Abdullah bin Ubay bin Salul adalah penyebar hoax itu. Dusta terasa begitu pedih di hati Sayyidah Aisyah. Sebab isu tersebut beliau didiamkan Nabi SAW. Masa sulit dilalui Aisyah selama sebulan, setiap hari beliau selalu bersedih dan menangis, karena tidak ada seorangpun yang menjadi saksi yang menyaksikan salahnya tudahan tersebut.
Namun, kemudian Allah menurunkan wahyu Al-Qur’an dalam surat An-Nur ayat 11-15 sebagai jawaban yang membebaskan seorang wanita yang menjaga kehormatannya atas berita bohong tersebut. Fenomena hoax ini sekaligus menjadi asbabun nuzul ayat tersebut.
Kisah teladan ini menjadi pembelajaran, bahwa bagaimana hoax begitu berdampak buruk pada tatanan masyarakat dan kehidupan seseorang, termasuk pada Nabi SAW sendiri yang sejatinya merupakan kekasih Allah. Oleh karena itu, Islam menganjurkan untuk tabayyun atau istilahnya klarifikasi atas berita yang kita dapati. Untuk memeriksa kejelasan dan kebenaran akan berita tersebut, sebagaimana firman Allah:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” [QS. Al-Hujurat 49:6]